
entah hari ini kok malesnya minta ampun, padahal ujian dah dekat, aduh.. bete neh.. meski kemarin sempet nulis yg gk ngenakeun. yaa lumayan lah, bisa buat wallpaper, dan download tutorial photoshop.
oh iyah nulis sesuatu neh gwe.. lupa postingin.
----------
Tangan dan kaki itu berbeda
Ahir-ahir ini seakan tidak henti-hentinya kita didera `berbagai macam cobaan`. UU Porno, `Omelan` tetangga yang sok ngurus dan revisi UU No.13. bahkan mungkin banyak lagi problem-problem lain yang belum terselesaikan. Korupsi kek, Nepotisme, Papua dan lainnya.
Perbedaan seharusnya tidak selalu disikapi dengan egois, karena toh tidak ada atuh yang namanya kebenaran mutlak. kecuali milik tuhan. tetapi ahir-ahir ini kenapa selalu saja adanya justifikasi kebenaran menururut segelintir orang.
Ahirnya merambat dan menyebabkan terjadinya konflik atau keluar stetment-stetment arogan. `Kalau tidak sama, berarti bukan dari golongan kita, maka dia musuh`. entah kenapa, katanya ingin menjadi bangsa yang terhomat, tapi malah untuk menjadi bangsa yang terhormat kok dengan cara-cara yang tidak terhormat. atau memang inilah proses untuk menjadi bangsa yang demokratis.
Nurani seperti disimpan jauh-jauh, akal sehat seakan dikesampingkan, yang ada malah nafsu. Padahal `katanya` yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah akal. lantas kenapa akal tidak bisa memimpin manusia? atau mungkin karena kita tidak bisa membedakan mana ajakan akal dan mana ajakan hawa nafsu?
Demonstasi sebagai media `ungkapan hati` malah dijadikan media pengrusakan, penjarahan dan ekspresi kemarahan. bangsa ini milik bersama bukan? kalau milik bersama berarti milik kita semua. KOK, kita malah merusak milik kita sendiri, padahal kita sendiri yang membuatnya. aneh yah?
Pot-pot bunga itu milik kita, bus-bus itu milik kita, toh tanpa bus kita juga yang merana, tapi dengan jurus 8 tapak naga malah kita rusak, lantas serta merta juga kita menyalahkan pemerintah kalau transfortasi indonesia kurang. sama saja kita memukuli diri sendiri.
Lepasnya Timor timur, tsunami, banjir, longsor dan lain-lain
harusnya sudah cukup untuk menjadikan kita manusia dewasa dan beradab.
kejadian-kejadian itu media introspeksi. bahwa kita memang satu jiwa. berbangsa satu bangsa indonesia. berbahasa satu bahasa indonesia.
Ibarat kita baru lahir, kita akan belajar banyak hal, alam ini mengajari kita. kalau kita jalan tidak memakai sendal takutnya kita kena paku, atau kaki kita akan sakit kena batu. jadi kita harus memakai sendal biar kaki kita kagak ketusuk tuh paku. semakin besar kita, filosofinya juga semakin tinggi, agar dihormati kita harus pintar, untuk pintar kita harus belajar.
Tetapi entah kenapa, kejadian-kejadian di indonesia itu tidak pernah diambil hikmahnya. Menjadi bangsa yang terhormat memang tidak semudah membalik tangan. tetapi, mempertahankan kehormatan harus dengan cara-cara terhormat. ingin dihormati harus menghormati orang lain. karena tidak ada kebenaran itu sendirian. kita kan tahu, yang namanya Hadits mutawatir itu harus banyak orang, kalau satu-satu itu disebut `ahad`.
dan itu tidak bisa menjadi landasan hukum, apalagi kalau `munqothi` (terputus).
Badan itu harus ada tangan, kaki, dan kepala. kalau kurang satu berarti cacat. yang saya tau juga, yang namanya tangan berbeda dengan kaki. :P
-----------
hehehe.. ah udah ah.. cape hehe..