Ilustrasi Presentasi |
Saya memang tidak punya pengalaman mengikuti pelatihan, bahkan bisa disebut, pelatihan ini adalah pelatihan profesional pertama saya. Saya belajar photoshop secara otodidak, belajar bikin website dimulai dari HTML, CSS, Javascript, lalu mulai advance ke PHP dan seterusnya semua dilakukan secara otodidak melalui video atau tutorial di website.
Seperti yang sering saya tulis sebelumnya, bahwa laktasi adalah bagi-bagi susu, maka mindset saya pelatihan ini adalah pelatihan profesional tehnis cara membagi susu, membuat, mendistribusikan dan mengemas susu formula dengan baik sesuai anjuran pabrik.
Maka harusnya sesi-sesi pelatihannya pun tentang itu. Aneh dong pada akhirnya dalam pelatihan ini dalam sesi pertamanya adalah tentang "Mengapa Menyusui Penting?" menurut saya ini keluar dari jalur yang seharusnya. Tetapi sebagai peserta, tentu akan tetap nurut, tunduk dan patuh pada penyelenggara.
Pemberontakan jiwa itu saya simpan rapat2 dalam hati saja, hehe..
Saya melihat para peserta lain sudah mulai menyiapkan diri, mengeluarkan pulpen dan blocknote. Suara gemuruh kursi yang ditarik, suara buku yang dibuka, diselingi beberapa dehemen batuk kecil terdengar, itu menandakan bahwa "kelas akan segera dimulai," dan semua siap dalam posisi masing-masing.
Seorang perempuan berjilbab maju ke depan membawa buku tebal itu, saya yakin pasti itu sangat berat dan merepotkan, apalagi dia jg sambil memegang pulpen, sungguh fenomena menarik. Belakangan saya tahu beliau seorang dokter spesialis anak dari Makassar.
"Baik teman-teman, boleh saya panggil 'teman-teman'," sang dokter memulai sesi, bak terhipnotis semua serentak menjawab "boleh" dan beberapa senyuman tersungging dari para peserta, "Sesi pertama ini tentang 'mengapa menyusui penting' silahkan dengarkan saja, buku modulnya silahkan ditutup, dan tidak perlu menulis, karena semua yang akan saya sampaikan ada di buku modul peserta," tegasnya.
Maka kembali suara gemuruh terjadi sesaat, dan sayapun mengikuti apa yang beliau sampaikan.
Ibu dokter pun memulai presentasi, tetapi bagi saya itu lebih tepatnya membaca buku keterangan dari slide yang ditampilkan. dia membaca percis apa yang ada dalam buku, hanya dengan intonasi yang naik turun untuk memudahkan kami para peserta mendengar dengan baik. Sesekali kepalanya mendongak agar tidak terkesan full membaca buku dan terjadi kontak antara pelatih dan peserta.
Tetapi bagi saya tetap saja itu tidak menarik, slide demi slide dipaparkan dengan display grafik yang monoton dan tulisan yang kecil-kecil, plus istilah-istilah yang nyaris semuanya asing di telinga membuat saya mulai mengantuk, mata seperti ditarik ke bawah, tetapi saya coba tahan.
Ingat, ini adalah kelas pertama saya dalam hidup, satu kelas bersama perempuan, setelah SD saya tidak pernah duduk satu kelas dengan mahluk yang namanya perempuan. hahaha.
Jadi tentu saya tidak akan membiarkan diri saya dipermalukan. haha.
Apalagi kala saya melihat peserta lain duduk rapih penuh perhatian ke depan, ada yang kakinya disilang ke depan, ada yang kaki kanannya ditumpangkan ke kaki kiri, ada yang sambil ngemut pulpen, aah macam-macam, lah.
Saya pun tidak mau ketinggalan memasang gestur antusias, menarik ujung bibir dikit agak lebar dan mata yang agak terbuka, bahkan psikolog sekalipun blm tentu mampu membaca isi hati saya, bahahaha.
Tetapi sejujurnya, ini adalah awal yang berat, mungkin bagi sebagian orang mungkin ini biasa, tetapi tidak bagi saya, orang arab itu kalau presentasi menggebu-gebu, nadanya tinggi, diselingi teriakan-teriakan yang kadang saya jg gk paham, haha.. jadi ketika disuguhi presentasi monoton seperti itu, saya agak ngantuk, selain itu pelatihan ini di luar ekspektasi saya.
Bersambunng ...