Saturday, March 09, 2019

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (3) : Perkenalan yang Membuat Saya Jantungan

Illustrasi
Sebagian orang mulai sibuk memposisikan dirinya masing-masing di kursi yang ada mejanya itu. Suara berisik kursi ditarik, gelak tawa, peluk cium dan suara obrolan riuh tidak jelas, pertanda ruangan mulai penuh diisi peserta. Saya yang mengambil posisi di belakang, bisa memperhatikan mereka semua dengan tenang, sesekali memberi anggukan dan senyuman kala pandangan mata "bertabrakan" dengan peserta lain.

Di luar ruangan saya masih dapat melihat ada beberapa orang yang masih asik ngobrol. Mereka santai sekali, meski jam sudah menunjukan pukul 07.55 WIB, kalau kata Ocha benar maka harusnya jam 08.00 pelatihan akan dimulai itu artinya tinggal 5 menit lagi.

Tiba-tiba pandangan saya tertuju kepada seorang wanita yang duduk di samping tembok dekat pintu, wanita berhijab itu sedang serius membaca buku tebal, cukup tebal dan besar untuk ukuran buku, kalau dibandingkan dengan buku pelajaran filsafat saya waktu di Kairo sepertinya buku itu jauh lebih tebal. Jarang sekali ada buku ukuran A4. Covernya berwarna biru dari "tampangnya" buku itu tidak dicetak massal tetapi hasil fotokopian biasa, indikatornya terlihat jelas dari ukuran, jenis kertasnya juga seperti bukan book paper yang biasa dipakai percetakan.

Pandangan saya menuju sudut depan, ada dua orang perempuan sedang berbicara, mereka tidak saling berbisik, tetapi tidak cukup keras untuk dapat saya dengar dari belakang. Sesekali mata mereka melirik ke arah peserta, sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu. Beberapa kali mulutnya komat-kamit seperti menghitung, satu, dua, tiga, dan seterusnya, mungkin sedang menghitung jumlah peserta. Saya sendiri tidak tahu berapa jumlah peserta yang akan hadir.

Tiba-tiba datang dari luar seorang perempuan paruh baya tetapi terlihat sangat energik, suara sepatu hak tingginya terdengar nyaring ketika berjalan cepat menuju ruang kelas. Bajunya berwarna merah dibalut rompi warna hitam, dipadu celana panjang yang serasi dengan rompinya. Wah ini sepertinya boss-nya.

"Selamat pagi teman-teman" ibu itu menyapa ramah ketika memasuki kelas, suaranya agak serak dan "ngebas." "Pagi, dokter," jawab beberapa orang yang sepertinya sudah saling mengenal, beberapa diantara mereka berdiri dan memberi pelukan hangat, lalu cium pipi kanan dan kiri alias cipika, cipiki. Sedang saya hanya melongo. Karena pertama, saya tidak terbiasa disapa atau menyapa "selamat pagi" selama saya di pesantren kemudian ke Kairo saya biasa saling menyapa dengan "Assalamu'alaikum," kedua, saya bingung kok ada dokter ikut pelatihan ini atau mengadakan pelatihan seperti ini?

"Hallo, saya Utami Roesli, saya seorang dokter spesialis Anak di RS Sint Carolus. Saya ketua umum Sentra Laktasi Indonesia" dokter itu langsung memulai pembicaraannya.

"Kita akan bersama-sama berlatih konseling laktasi selama 6 hari, karena ini crash program, jadi sampai hari sabtu. sebelum kita mulai, apa ada yang belum hadir?" tanya dokter Utami, saya kembali teringat, Ocha mana Ocha, dan ternyata benar, "Teman kami Ocha belum hadir, dokter," kata seorang perempuan berhijab kuning menjawab pertanyaan dokter Utami.

"Baik sambil menunggu yang lain, karena ini sudah jam delapan lebih kita mulai saja perkenalan, silahkan sebutkan nama lengkap, kenapa orang tua teman-teman memberi nama itu, asal dari mana dan latar belakang pendidikannya apa" papar dr. Utami memberi instruksi.

Mulailah satu persatu setiap peserta berdiri sambil untuk sesi perkenalan, sesuai dengan instruksi dr. Utami Roesli

"Saya Minessa Mahardika, biasa dipanggil Chacha dari Kedokteran Gigi UI. Min artinya kurang, Esa artinya satu, Mahardika artinya kemerdekaan, saya diberi nama Minessa karena saya lahir 16 Agustus, artinya min satu menuju hari kemerdekaan," tawa kecil mulai menyeringai, hehe.

Dilanjut kemudian "Saya Dedi Setiawan, Kedokteran Gigi, UI," "Saya Wigiarti, Kedokteran Gigi UI," "Saya Nurul Narita, biasa dipanggil Inong, Kedokteran Gigi UI," "Saya Nyoman Sylvi, Kedokteran Gigi UI,". " .... saya Dokter Umum," "... Saya perawat dari Makassar," ".. Saya Bidan dari Makassar,". ".. saya Ahli Gizi dari Poltekkes Makassar,"

Mendengar mereka kenalan, lidah saya tiba-tiba menjadi kelu, jantung deg-degan seperti bingung dan jiper aja. Saya berharap janganlah datang giliran memperkenalkan diri. "Berarti yang bener Ipeh, ini" gumamku, ini semua tenaga kesehatan. Memang sebelum saya putuskan ikut pelatihan ini sebenarnya saya sempat SMS Alifah, biasa saya panggil Ipeh, seorang dokter yang juga kenal melalui aplikasi Yahoo Messenger, dia dari Jogja dan lulusan Kedokteran UGM. "Laktasi itu menyusui, memberi ASI," SMS dia singkat menjelaskan tentang Laktasi.

Jangan-jangan selama ini saya salah interpretasi menyusui dengan bagi-bagi susu? tetapi ini baru kenalan kok, saya masih yakin dengan bagi-bagi susu.

"Saya Wawan Sugianto, Saya Filsafat Al-Azhar, Kairo, Bapak saya memberi nama Wawan Sugianto gk tau bu," Giliran saya berkenalan, "Nanti ditanya ya, penting lho" jawab dr. Utami.

Part 2 : Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (2) : Memulai dengan Kebingungan

No comments: