Wednesday, March 06, 2019

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (2) : Memulai dengan Kebingungan



Hari itu juga, saya langsung menghubungi sahabat saya di jakarta, Nanda Adi Gazali, namanya. Seorang "donatur" tetap saya waktu di Kairo. Bagi mahasiswa kere dan tidak mendapat kiriman uang orang tua seperti saya, hampir tidak mungkin untuk mampu menyewa atau tinggal di apartemen di kota Rob'ah, Nasr City, Kairo. Tetapi karena sebagian saya dibayarin Nanda, jadi saya bayar ringan sekali waktu itu.

"Ok dari stasiun Senen Lo naik KRL aja, turun di stasiun Kebayoran Lama, ntar gue jemput." Balasan SMS dari Nanda. Alhamdulillah ada tempat untuk menumpang di Jakarta.

Singkat cerita, hari Ahad pagi saya berangkat ke Jakarta naik kereta api, saat itu pemesanan tiket belum sebagus sekarang, masih dijual langsung dan biasanya saya selalu dapat tiket "Tanpa Tempat Duduk." apalagi hari Ahad, bisa dibayangkan kan bagaimana kondisi kereta api saat itu yang ajaib banget.

Sesuai arahan Nanda Setelah sampai Stasiun Pasar Senen di Jakarta, saya langsung menuju Kebayoran Lama, kira-kira pukul 18.00 sampai di rumah Nanda di daerah Cidodol. Kami makan malam dan ngobrol dengan keluarga Nanda, alhamdulillah mereka welcome sekali. Saya merasa sangat tersanjung dan berhutang budi sama Nanda dan keluarganya, semoga Allah memberi balasan pada mereka.

Keesokan harinya, pagi-pagi saya sudah siap, tetapi masih menunggu Nanda dan Bapaknya, karena beliau mau antar saya ke dekat tempat pelatihan, "Biar kamu gak bingung dan gk terlambat" kata Bapak waktu itu. Kebetulan arah Tanah Abang juga searah dengan kantor beliau, saya diantar sampai di perempatan Slipi. Lanjut menggunakan angkot menuju Wisma Guru. Nanda dan Bapak langsung menuju Mampang.

Sesampainya di Wisma Guru, saya kaget, bahkan kuuuaaget, kok hampir semuanya perempuan, hanya ada 1 laki-laki yang saya lihat pertama kali. dia sedang ngobrol dengan beberapa perempuan muda dengan hijab dan dengan pakaian yang rapi-rapi sekali, kelihatan kalau mereka anak-anak kota sepertinya.

Tapi yang jadi pertanyaan, inikan pelatihan untuk jadi relawan, tanggap bencana, bagi-bagi susu, ke pelosok tempat bencana, kenapa yang ikut banyak perempuan? Yang tambah saya makin bingung, mereka semua sudah saling kenal. Sekelompok duduk di depan pintu masuk Wisma Guru, sebagian lain bercengkrama sambil berdiri, ada yang di lobi, tangga, maupun di depan kelas, mereka berkelompok kecil-kecil antara 3-6 orang, ketawa-ketawa, ngobrol asik, dan bersenda gurau.

Hanya saya aneh sendiri, tidak ada satupun orang disana yang saya kenal, bahkan Ocha yang mana juga saya tidak tahu, karena belum pernah ketemu sebelumnya.

"Mba kenal Ocha?" tanya saya pada salah satu kelompok peserta yang asik ngobrol di taman depan Wisma, "iya kenal mas, tapi dia belum datang" jawabnya singkat, sambil melanjutkan ngobrol dengan teman-temannya yang lain, seakan tidak peduli bahwa saya sedang bingung.

Baru kali ini saya merasa berada di "lingkungan yang bukan gue banget," kalau bukan karena akan jadi manajer, saya mungkin sudah pulang lagi.

Saya langsung menuju ke lantai dua tempat pelatihannya nanti, di depan pintu saya disapa oleh bagian pendaftaran "Nama siapa mas,"  "Wawan Sugianto, bu," jawab saya. Ternyata nama saya sudah terdaftar "tanda tangani disini mas, ini alat tulis untuk pelatihan," katanya sambil menyodorkan map plastik warna kuning transparan, saya bergegas masuk ke kelas sambil senyum-senyum menyapa peserta lain yang sudah terlebih dahulu berada di dalam, sambil mengangguk kecil dan senyum semanis saya bisa untuk menyapa yang saya lewati "eeehmm, bu" "eeheemm mba." tetapi mereka hanya membalas dengan senyuman dan anggukan ringan, sambil tetap fokus ngobrol dengan temannya.

Saya langsung cepat cari tempat duduk di belakang, menyendiri dan sendirian aja lagi. Map warna kuning itu saya buka ternyata berisi Jadwal pelatihan, 1 pulpen, 1 pensil, 1 penghapus, 1 serutan dan block note, tidak ada pengantar pelatihan, modul atau apapun. "Katanya pelatihan, kok gk ada bukunya" saya cuma bergumam dalam hati, tidak berani bertanya apa-apa.

Saya baca judul jadwalnya "Pelatihan Konseling Laktasi Modul 40 Jam, WHO/UNICEF" wih sangar, bagi-bagi susu aja melibatkan organisasi PBB, ada WHO dan UNICEF, pasti keren banget. Pikiran saya melayang entah kemana, membayangkan jadi manajer bagi-bagi susu di pedesaan, dengan dasi dan sepatu pantopel yang necis, keren banget pastinya. eh iya Ocha, mana Ocha? tengok kiri kanan mencari dimana orang yang bernama "Ocha" itu berada. tentu saya penasaran banget juga sama Ocha, orangnya yang mana yak?

Part 3 : Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (3) : Perkenalan yang Membuat Saya Jantungan

No comments: