Tuesday, April 26, 2005

Aku Tidak mengerti 2

Aku kira Aku bukan binatang, meskipun aku tetap tidak layak dikatakan manusia. tapi paling tidak aku punya banyak kawan di neraka nanti... Makanya perpecahan, konflik, dan lainnya adalah sarana penambah kawanku nanti di neraka, anggap saja itu aset bersama dengan "sesama penghuni neraka".

Di neraka sana memang sarat fitnah, Sebenarnya itu bukan hal yang aneh, karna penghuninya adalah mayat-mayat pemitnah. mengorbankan anak bangsa demi menadapat mobil. mencari kesalahan orang dengan dalih kemanusiaan, menghancurkan satu golongan dengan dalih "teroris".

Aku adalah kehancuran itu sendiri, karna tidak terpisahkan dalam otakku antara kehancuran dan pembangunan, antara membangun kedaulatan dengan menjual harga diri, antara kemanusiaan dan kedzoliman. dan memang ini lah hidup aku...

Dan yang aku lakukan adalah menjual semua manusia... harga diri manusia, dan kemanusiaan itu sendiri...

Orang-orang memang bodoh, sangat bodoh... tau gk kamu wahai manusia yang mengaku manusia... bahan peledak C4 itu tidak bisa dijual dipasaran, TNI saja mau membeli itu, tidak diberi ... maka kalau kamu tanya sama ahli kimia, bagaimana membuat rakitan bom yang daya ledaknya seperti ledakan di Bali... maka dia akan kebingungan, apalagi seorang amrozi lulusan pondok yang hanya tau "alif, ba, ta, tsa, ja, ha, kho, dza dst". hahahha.. kita tau itu semua, tapi memang kita tidak mau tau... yang penting aku selamat... biarkan saja orang lain..

Memang yaah.... aku bodoh, aku itu ... lebih bangga bertolak pinggang karna punya menejer orang amrik, atau punya bos orang australia. hebat lho.. buatan luar negeri gitu lho..Nuraniku malah nyengir: Elo bego, apa memang kagak ngerti, atau memang elo kagak punya otak... justru kamu itu budak mereka, menjadi budak di negeri sendiri, katanya kamu terpelajar, tapi kok bego". Aku tidak peduli, yang penting aku kaya... nuraniku kembali ngoceh "memang elo kaya ... tapi kamu tidak pernah bisa membangun bangsa kamu". bangsa ? apa itu bangsa? Aku tidak pernah memikirkan bangsaku.. yang aku pikirkan adalah aku.. keluargaku, dan sanak saudaraku..

Aku juga lebih senang lhoo melihat TKW-TKW itu di kerjain oleh petugas keamanan di bandara... disuruh baris, diperiksa ketat, tapi saat melihat orang luar negeri datang keamanan itu dengan sopan mempersilahkan masuk ke indonesia.. nuraniku ngakak sambil nyengir dia bilang "elo emang pantas disebut bego ... kalau gwe boleh komentar, itu keamanan yang lebih layak disebut monyet, kambing, atau bebek laah.. mereka itu tidak berhak menyandang harkat "manusia", kamu tau kan, kalau TKW itu lebih mulia dari sang pejabat, yang mengatas namakan "abdi negara", seorang TKW bekerja, tidak pernah korupsi, tidak pernah meminta-minta ama orang lain, legowo, sabar, dan berdikari".. Alaaaahh... buktinya mereka di luar negeri sana menjual diri dan kehormatannya... Nuraniku malah makin ketawa "bodoh kamu!!!.. mereka itu menjual diri karna siapa? karna bangsa kan? karna pemerintah kamu tidak bisa memberikan lapangan kerja" aaaaaahh itu akal-akalan, buktinya saya bisa bekerja dan mendapat uang banyak.

dia nimpalin "Kamu memang bekerja, tapi pekerjaan kamu lebih kotor dari pada menjual diri, karna kamu menjual anak bangsa, dan menjual bangsamu sendiri, lihat saja, kamu lebih senang menangkap orang yang tidak bersalah, lalu kamu masukan penjara, dan kamu buat tuntutan yang anak kecil saja mengerti bahwa itu tidak mungkin" lhoo memang bener kok.. mereka itu bersalah nuraniku senyum "kalau merasa kamu benar, kenapa kamu tidak buktikan, justru kamu banyak menyembunyikannya dari rakyat kamu, jujur sajalah... toh kamu jadi hebat seperti sekarang, karna kamu memang menjual bangsa kamu sendiri!"

Aku diam sejenak...diam dan terus diam, bukan untuk memikirkan dosa, dan bertaubat, tapi yang aku pikirkan adalah, "kerusakan apa lagi yang aku buat, kekacauan apalagi yang akan aku kerjakan". makanya, bagaimana caranya biar orang lain tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi, bagaimana caranya biar rakyat itu tidak pernah mengerti tentang politik.... biar mereka ngikut aja, dan "ngebuntut".

No comments: