Showing posts with label Konselor Menyusui. Show all posts
Showing posts with label Konselor Menyusui. Show all posts

Sunday, June 23, 2019

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (4) : Kelas Pertama Bersama Perempuan dan Pelatih yang Monoton.

Ilustrasi Presentasi
Dari detik pertama saya datang, saya belum menikmati pelatihan ini. Saya selalu merasa bahwa ini bukan dunia saya, bukan komunitas saya, dan saya seperti tendampar dalam dunia yang berbeda bersama orang-orang pintar dari Universitas terbaik di republik ini dan berpendidikan yang bukan bidang saya.

Saya memang tidak punya pengalaman mengikuti pelatihan, bahkan bisa disebut, pelatihan ini adalah pelatihan profesional pertama saya. Saya belajar photoshop secara otodidak, belajar bikin website dimulai dari HTML, CSS, Javascript, lalu mulai advance ke PHP dan seterusnya semua dilakukan secara otodidak melalui video atau tutorial di website.

Seperti yang sering saya tulis sebelumnya, bahwa laktasi adalah bagi-bagi susu, maka mindset saya pelatihan ini adalah pelatihan profesional tehnis cara membagi susu, membuat, mendistribusikan dan mengemas susu formula dengan baik sesuai anjuran pabrik.

Maka harusnya sesi-sesi pelatihannya pun tentang itu. Aneh dong pada akhirnya dalam pelatihan ini dalam sesi pertamanya adalah tentang "Mengapa Menyusui Penting?" menurut saya ini keluar dari jalur yang seharusnya. Tetapi sebagai peserta, tentu akan tetap nurut, tunduk dan patuh pada penyelenggara.

Pemberontakan jiwa itu saya simpan rapat2 dalam hati saja, hehe..

Saya melihat para peserta lain sudah mulai menyiapkan diri, mengeluarkan pulpen dan blocknote. Suara gemuruh kursi yang ditarik, suara buku yang dibuka, diselingi beberapa dehemen batuk kecil terdengar, itu menandakan bahwa "kelas akan segera dimulai," dan semua siap dalam posisi masing-masing.

Seorang perempuan berjilbab maju ke depan membawa buku tebal itu, saya yakin pasti itu sangat berat dan merepotkan, apalagi dia jg sambil memegang pulpen, sungguh fenomena menarik. Belakangan saya tahu beliau seorang dokter spesialis anak dari Makassar.

 "Baik teman-teman, boleh saya panggil 'teman-teman'," sang dokter memulai sesi, bak terhipnotis semua serentak menjawab "boleh" dan beberapa senyuman tersungging dari para peserta, "Sesi pertama ini tentang 'mengapa menyusui penting' silahkan dengarkan saja, buku modulnya silahkan ditutup, dan tidak perlu menulis, karena semua yang akan saya sampaikan ada di buku modul peserta," tegasnya.

Maka kembali suara gemuruh terjadi sesaat, dan sayapun mengikuti apa yang beliau sampaikan.

Ibu dokter pun memulai presentasi, tetapi bagi saya itu lebih tepatnya membaca buku keterangan dari slide yang ditampilkan. dia membaca percis apa yang ada dalam buku, hanya dengan intonasi yang naik turun untuk memudahkan kami para peserta mendengar dengan baik. Sesekali kepalanya mendongak agar tidak terkesan full membaca buku dan terjadi kontak antara pelatih dan peserta.

Tetapi bagi saya tetap saja itu tidak menarik, slide demi slide dipaparkan dengan display grafik yang monoton dan tulisan yang kecil-kecil, plus istilah-istilah yang nyaris semuanya asing di telinga membuat saya mulai mengantuk, mata seperti ditarik ke bawah, tetapi saya coba tahan.

Ingat, ini adalah kelas pertama saya dalam hidup, satu kelas bersama perempuan, setelah SD saya tidak pernah duduk satu kelas dengan mahluk yang namanya perempuan. hahaha.

Jadi tentu saya tidak akan membiarkan diri saya dipermalukan. haha.

Apalagi kala saya melihat peserta lain duduk rapih penuh perhatian ke depan, ada yang kakinya disilang ke depan, ada yang kaki kanannya ditumpangkan ke kaki kiri, ada yang sambil ngemut pulpen, aah macam-macam, lah.

Saya pun tidak mau ketinggalan memasang gestur antusias, menarik ujung bibir dikit agak lebar dan mata yang agak terbuka, bahkan psikolog sekalipun blm tentu mampu membaca isi hati saya, bahahaha.

Tetapi sejujurnya, ini adalah awal yang berat, mungkin bagi sebagian orang mungkin ini biasa, tetapi tidak bagi saya, orang arab itu kalau presentasi menggebu-gebu, nadanya tinggi, diselingi teriakan-teriakan yang kadang saya jg gk paham, haha.. jadi ketika disuguhi presentasi monoton seperti itu, saya agak ngantuk, selain itu pelatihan ini di luar ekspektasi saya.

Bersambunng ...


Saturday, March 09, 2019

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (3) : Perkenalan yang Membuat Saya Jantungan

Illustrasi
Sebagian orang mulai sibuk memposisikan dirinya masing-masing di kursi yang ada mejanya itu. Suara berisik kursi ditarik, gelak tawa, peluk cium dan suara obrolan riuh tidak jelas, pertanda ruangan mulai penuh diisi peserta. Saya yang mengambil posisi di belakang, bisa memperhatikan mereka semua dengan tenang, sesekali memberi anggukan dan senyuman kala pandangan mata "bertabrakan" dengan peserta lain.

Di luar ruangan saya masih dapat melihat ada beberapa orang yang masih asik ngobrol. Mereka santai sekali, meski jam sudah menunjukan pukul 07.55 WIB, kalau kata Ocha benar maka harusnya jam 08.00 pelatihan akan dimulai itu artinya tinggal 5 menit lagi.

Tiba-tiba pandangan saya tertuju kepada seorang wanita yang duduk di samping tembok dekat pintu, wanita berhijab itu sedang serius membaca buku tebal, cukup tebal dan besar untuk ukuran buku, kalau dibandingkan dengan buku pelajaran filsafat saya waktu di Kairo sepertinya buku itu jauh lebih tebal. Jarang sekali ada buku ukuran A4. Covernya berwarna biru dari "tampangnya" buku itu tidak dicetak massal tetapi hasil fotokopian biasa, indikatornya terlihat jelas dari ukuran, jenis kertasnya juga seperti bukan book paper yang biasa dipakai percetakan.

Pandangan saya menuju sudut depan, ada dua orang perempuan sedang berbicara, mereka tidak saling berbisik, tetapi tidak cukup keras untuk dapat saya dengar dari belakang. Sesekali mata mereka melirik ke arah peserta, sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu. Beberapa kali mulutnya komat-kamit seperti menghitung, satu, dua, tiga, dan seterusnya, mungkin sedang menghitung jumlah peserta. Saya sendiri tidak tahu berapa jumlah peserta yang akan hadir.

Tiba-tiba datang dari luar seorang perempuan paruh baya tetapi terlihat sangat energik, suara sepatu hak tingginya terdengar nyaring ketika berjalan cepat menuju ruang kelas. Bajunya berwarna merah dibalut rompi warna hitam, dipadu celana panjang yang serasi dengan rompinya. Wah ini sepertinya boss-nya.

"Selamat pagi teman-teman" ibu itu menyapa ramah ketika memasuki kelas, suaranya agak serak dan "ngebas." "Pagi, dokter," jawab beberapa orang yang sepertinya sudah saling mengenal, beberapa diantara mereka berdiri dan memberi pelukan hangat, lalu cium pipi kanan dan kiri alias cipika, cipiki. Sedang saya hanya melongo. Karena pertama, saya tidak terbiasa disapa atau menyapa "selamat pagi" selama saya di pesantren kemudian ke Kairo saya biasa saling menyapa dengan "Assalamu'alaikum," kedua, saya bingung kok ada dokter ikut pelatihan ini atau mengadakan pelatihan seperti ini?

"Hallo, saya Utami Roesli, saya seorang dokter spesialis Anak di RS Sint Carolus. Saya ketua umum Sentra Laktasi Indonesia" dokter itu langsung memulai pembicaraannya.

"Kita akan bersama-sama berlatih konseling laktasi selama 6 hari, karena ini crash program, jadi sampai hari sabtu. sebelum kita mulai, apa ada yang belum hadir?" tanya dokter Utami, saya kembali teringat, Ocha mana Ocha, dan ternyata benar, "Teman kami Ocha belum hadir, dokter," kata seorang perempuan berhijab kuning menjawab pertanyaan dokter Utami.

"Baik sambil menunggu yang lain, karena ini sudah jam delapan lebih kita mulai saja perkenalan, silahkan sebutkan nama lengkap, kenapa orang tua teman-teman memberi nama itu, asal dari mana dan latar belakang pendidikannya apa" papar dr. Utami memberi instruksi.

Mulailah satu persatu setiap peserta berdiri sambil untuk sesi perkenalan, sesuai dengan instruksi dr. Utami Roesli

"Saya Minessa Mahardika, biasa dipanggil Chacha dari Kedokteran Gigi UI. Min artinya kurang, Esa artinya satu, Mahardika artinya kemerdekaan, saya diberi nama Minessa karena saya lahir 16 Agustus, artinya min satu menuju hari kemerdekaan," tawa kecil mulai menyeringai, hehe.

Dilanjut kemudian "Saya Dedi Setiawan, Kedokteran Gigi, UI," "Saya Wigiarti, Kedokteran Gigi UI," "Saya Nurul Narita, biasa dipanggil Inong, Kedokteran Gigi UI," "Saya Nyoman Sylvi, Kedokteran Gigi UI,". " .... saya Dokter Umum," "... Saya perawat dari Makassar," ".. Saya Bidan dari Makassar,". ".. saya Ahli Gizi dari Poltekkes Makassar,"

Mendengar mereka kenalan, lidah saya tiba-tiba menjadi kelu, jantung deg-degan seperti bingung dan jiper aja. Saya berharap janganlah datang giliran memperkenalkan diri. "Berarti yang bener Ipeh, ini" gumamku, ini semua tenaga kesehatan. Memang sebelum saya putuskan ikut pelatihan ini sebenarnya saya sempat SMS Alifah, biasa saya panggil Ipeh, seorang dokter yang juga kenal melalui aplikasi Yahoo Messenger, dia dari Jogja dan lulusan Kedokteran UGM. "Laktasi itu menyusui, memberi ASI," SMS dia singkat menjelaskan tentang Laktasi.

Jangan-jangan selama ini saya salah interpretasi menyusui dengan bagi-bagi susu? tetapi ini baru kenalan kok, saya masih yakin dengan bagi-bagi susu.

"Saya Wawan Sugianto, Saya Filsafat Al-Azhar, Kairo, Bapak saya memberi nama Wawan Sugianto gk tau bu," Giliran saya berkenalan, "Nanti ditanya ya, penting lho" jawab dr. Utami.

Part 2 : Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (2) : Memulai dengan Kebingungan

Wednesday, March 06, 2019

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (2) : Memulai dengan Kebingungan



Hari itu juga, saya langsung menghubungi sahabat saya di jakarta, Nanda Adi Gazali, namanya. Seorang "donatur" tetap saya waktu di Kairo. Bagi mahasiswa kere dan tidak mendapat kiriman uang orang tua seperti saya, hampir tidak mungkin untuk mampu menyewa atau tinggal di apartemen di kota Rob'ah, Nasr City, Kairo. Tetapi karena sebagian saya dibayarin Nanda, jadi saya bayar ringan sekali waktu itu.

"Ok dari stasiun Senen Lo naik KRL aja, turun di stasiun Kebayoran Lama, ntar gue jemput." Balasan SMS dari Nanda. Alhamdulillah ada tempat untuk menumpang di Jakarta.

Singkat cerita, hari Ahad pagi saya berangkat ke Jakarta naik kereta api, saat itu pemesanan tiket belum sebagus sekarang, masih dijual langsung dan biasanya saya selalu dapat tiket "Tanpa Tempat Duduk." apalagi hari Ahad, bisa dibayangkan kan bagaimana kondisi kereta api saat itu yang ajaib banget.

Sesuai arahan Nanda Setelah sampai Stasiun Pasar Senen di Jakarta, saya langsung menuju Kebayoran Lama, kira-kira pukul 18.00 sampai di rumah Nanda di daerah Cidodol. Kami makan malam dan ngobrol dengan keluarga Nanda, alhamdulillah mereka welcome sekali. Saya merasa sangat tersanjung dan berhutang budi sama Nanda dan keluarganya, semoga Allah memberi balasan pada mereka.

Keesokan harinya, pagi-pagi saya sudah siap, tetapi masih menunggu Nanda dan Bapaknya, karena beliau mau antar saya ke dekat tempat pelatihan, "Biar kamu gak bingung dan gk terlambat" kata Bapak waktu itu. Kebetulan arah Tanah Abang juga searah dengan kantor beliau, saya diantar sampai di perempatan Slipi. Lanjut menggunakan angkot menuju Wisma Guru. Nanda dan Bapak langsung menuju Mampang.

Sesampainya di Wisma Guru, saya kaget, bahkan kuuuaaget, kok hampir semuanya perempuan, hanya ada 1 laki-laki yang saya lihat pertama kali. dia sedang ngobrol dengan beberapa perempuan muda dengan hijab dan dengan pakaian yang rapi-rapi sekali, kelihatan kalau mereka anak-anak kota sepertinya.

Tapi yang jadi pertanyaan, inikan pelatihan untuk jadi relawan, tanggap bencana, bagi-bagi susu, ke pelosok tempat bencana, kenapa yang ikut banyak perempuan? Yang tambah saya makin bingung, mereka semua sudah saling kenal. Sekelompok duduk di depan pintu masuk Wisma Guru, sebagian lain bercengkrama sambil berdiri, ada yang di lobi, tangga, maupun di depan kelas, mereka berkelompok kecil-kecil antara 3-6 orang, ketawa-ketawa, ngobrol asik, dan bersenda gurau.

Hanya saya aneh sendiri, tidak ada satupun orang disana yang saya kenal, bahkan Ocha yang mana juga saya tidak tahu, karena belum pernah ketemu sebelumnya.

"Mba kenal Ocha?" tanya saya pada salah satu kelompok peserta yang asik ngobrol di taman depan Wisma, "iya kenal mas, tapi dia belum datang" jawabnya singkat, sambil melanjutkan ngobrol dengan teman-temannya yang lain, seakan tidak peduli bahwa saya sedang bingung.

Baru kali ini saya merasa berada di "lingkungan yang bukan gue banget," kalau bukan karena akan jadi manajer, saya mungkin sudah pulang lagi.

Saya langsung menuju ke lantai dua tempat pelatihannya nanti, di depan pintu saya disapa oleh bagian pendaftaran "Nama siapa mas,"  "Wawan Sugianto, bu," jawab saya. Ternyata nama saya sudah terdaftar "tanda tangani disini mas, ini alat tulis untuk pelatihan," katanya sambil menyodorkan map plastik warna kuning transparan, saya bergegas masuk ke kelas sambil senyum-senyum menyapa peserta lain yang sudah terlebih dahulu berada di dalam, sambil mengangguk kecil dan senyum semanis saya bisa untuk menyapa yang saya lewati "eeehmm, bu" "eeheemm mba." tetapi mereka hanya membalas dengan senyuman dan anggukan ringan, sambil tetap fokus ngobrol dengan temannya.

Saya langsung cepat cari tempat duduk di belakang, menyendiri dan sendirian aja lagi. Map warna kuning itu saya buka ternyata berisi Jadwal pelatihan, 1 pulpen, 1 pensil, 1 penghapus, 1 serutan dan block note, tidak ada pengantar pelatihan, modul atau apapun. "Katanya pelatihan, kok gk ada bukunya" saya cuma bergumam dalam hati, tidak berani bertanya apa-apa.

Saya baca judul jadwalnya "Pelatihan Konseling Laktasi Modul 40 Jam, WHO/UNICEF" wih sangar, bagi-bagi susu aja melibatkan organisasi PBB, ada WHO dan UNICEF, pasti keren banget. Pikiran saya melayang entah kemana, membayangkan jadi manajer bagi-bagi susu di pedesaan, dengan dasi dan sepatu pantopel yang necis, keren banget pastinya. eh iya Ocha, mana Ocha? tengok kiri kanan mencari dimana orang yang bernama "Ocha" itu berada. tentu saya penasaran banget juga sama Ocha, orangnya yang mana yak?

Part 3 : Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (3) : Perkenalan yang Membuat Saya Jantungan

Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (1) : Berawal dari Ketidaktahuan


Tahun 2006 silam, saya memutuskan pulang ke Indonesia, setelah 5 tahun berkelana di Mesir. Kadang sebagai mahasiswa al-Azhar, kadang sebagai penjual tempe, kadang jaga warnet, kadang tukang numpang makan di rumah Maman KPJ, bantuin ngabisin makan di rumah makan Delli milik bang Rozel, ya yang penting bertahan hidup di negeri Firaun, lah.

Pada akhir Mei 2006 saya sudah berada di Jogja, waktu itu lagi lewat, kebetulan lagi mengurus berkas calon mahasiswa baru dari Gontor. Waktunya tidak lama setelah gempa dahsyat. Sebenarnya saya menawarkan diri untuk menjadi relawan, tp tidak tahu harus mengerjakan apa? melihat posko Gontor, udah penuh oleh alumni. akhirnya saya hanya mampir di kosan Lubis Budianto, seorang legenda X-KDR.

Pagi menjelang siang, waktu itu matahari malu-malu untuk menyapa umat manusia tiba-tiba "nit nit, nit nit," Nokia 7210 saya berbunyi, seorang kawan yang saya kenal melalui aplikasi chating Yahoo Messanger (YM) mengirim saya SMS, sebut saja namanya Ocha, sebuah nama panggilan.

Ocha dahulu saya kenal sebagai mahasiswa Kedokteran Gigi di UI. komunikasi kami hanya lewat YM atau mIRC. Sampai Allah takdirkan saya memiliki HP, barulah bisa melalui SMS.

Dalam SMSnya dia mengajak untuk menjadi Relawan Laktasi di Gempa Jogja dan Klaten. Antara senang akhirnya bisa jadi relawan, dan bingung karena saya tidak tahu artinya laktasi. Bagaimana bisa tahu, saya tidak mengenal istilah medis, baru pulang dari Kairo, belum menikah, dan masih sangat muda lah, waktu itu umur saya masih 25 tahun.

"Laktasi itu menyusui, Bang," Jawab Ocha singkat. Mendengar jawaban itu saya agak kaget, bingung, dan merasa aneh, hati kecil saya berkata "Apa hubungannya bencana gempa dengan menyusui?," Saya husnudzon dan yakin yang dimaksud Ocha adalah "Bagi-bagi Susu Formula untuk bayi."

"Tapi ada pelatihannya dulu bang," lanjut Ocha dalam SMS berikutnya, "katanya sih sekitar 6 hari, trus nanti baru dikirim ke Jogja dan Klaten," jelasnya rinci.

Untuk bagi-bagi susu saja harus ada pelatihan 6 hari, tidak boleh bolos dan di Jakarta. Ini membuat saya berfikir keras tetapi juga senang.  karena hatiku berkata "Pasti nanti saya jadi salah satu manajernya." bagi saya ini akan jadi pengalaman yang keren, dapat kerja langsung jadi manajer, perusahaan Jakarta pula. kece badaii...

"Tapi ini mendadak bang, hari Senin besok kita mulai, pelatihannya di Wisma Guru, Tanah Abang, jam 08.00 harus sudah ada disana, langsung absen dan mulai pelatihan, kira-kira bisa?" Tanya Ocha untuk memastikan kesanggupanku, tanpa ragu ku balas "Yaa... Bisa, Ocha."

Padahal, waktu itu hari Jum'at, artinya saya harus segera beli tiket ke Jakarta, dan cari tumpangan nginap disana, karena hampir pasti saya tidak mampu bayar hotel untuk nginap 6 hari di Ibu Kota.

Part 2 - Bagaimana Saya Terjun di Dunia Menyusui (2) : Memulai dengan Kebingungan