Sunday, April 09, 2006

Negeri Di Laut

"hehehe" entah apa yang mau dikatakan kakek tua itu. umurnya yang hampir satu abad tergambar jelas dari raut muka dan keriput kulitnya. tapi dia hanya terkekeh-kekeh ketawa. suaranya yang parau membuat aku kurang paham apa yang dia katakan.

Memang, kakek itu sudah banyak makan garam negeri ini, karena makanan tanpa garam `gk enak`. dia terlahir sebelum negara Samnu ada. tapi, ekonominya tidak pernah berubah, meski sudah berkali-kali ganti raja. Anaknya yang bungsu saja, meninggal karena busung lapar. Karena waktu mau dibawa ke Rumah Dukun, dukunnya menolak untuk merawat. karena Kakek itu boro-boro ada uang untuk bayar dukun, untuk membeli gaplek aja tidak mampu. "sekolah dukun kan mahal, jadi kalau dah jadi dukun yaa harus dibayar mahal dong" kata dukun.

Negara Samnu memang Negara yang kaya. Subur, makmur gemah, ripah, repeh, rapih, bro di juru, bro dipanto, ngalayah di tengah imah. tapi semua kekayaan itu sudah di ekspor ke negri Bruang. Kata kakek, "ssttt... Negri Bruang itu Penjajah diam-diam".

Ahirnya di dalam negri, rakyat tidak bisa menikmati kekayaanya sendiri, untuk makan sajah harus impor gaplek, padahal negara Samnu kan negara agriculture, kok gaplek aja harus impor. kalau minta sedikit dari gaplek itu dibilang "hati-hati gerakan sparatis".

menurut prakiraan orang bodoh, sekarang musim tikus, makanya dimana digalakan penangkapan tikus, tidak sedikit tikus di tangkap, tapi yaaa namanya tikus, beranaknya cepat. jadi cepat menyebar kemana-mana. untuk menanggulangi tikus-tikus denger-denger seh, sekarang sudah mulai digalakan untuk di budidayakan. jadi nanti, tikus bukan lagi hewan liar yang menjijikan, tapi hewan yang dilindungi oleh negri dan agami, pasti lah.. haram untuk dimakan, apalagi mentah-mentah.

Kalau ketahuan makan, akan diponis hukuman yang sama dengan tikus, kalau tikus mati keinjek, maka hukumannya `diinjak sampai mati`. sangat adil sekali, karena memang negri ini sample negara demokrasi, berbeda-beda tetapi satu jua. yaitu bersama-sama melindungi tikus.

dalam memutuskan hukumanya, tidak ada yang namanya hakim, pengacara apalagi pengadilan , karena di Negri Samnu Haram untuk main hakim "sendiri". makanya dalam memutuskan salah atau tidak itu harus "rame-rame", secara bersama-sama. prosesnya tidak berbelit cukup diprotes, diteror lantas dibakar.

Selamat datang di "negri di atas Laut", tempat orang-orang suci, sedikit mensucikan, suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan. selamat datang ikan-ikan besar dan beruang. yang merasa ikan kecil, cukuplah kalian di pantai sajah. eiiittt.. jangan lupa.. meski di pantai "dilarang memakai celana pendek!!".



=================
wasugi
http://wasugi.blogspot.com
=================

10 comments:

Anonymous said...

waksss gak asyik dunk di pante gak boleh pake pakeyan pante ;) *pindah ah cari tempat lain* he he he... *cicak merah di didinding jangan marah just kidding*

+++ tika

Anonymous said...

sentil sini sentil sana..yang tersentil harap bijak sana (Theme Song Republik BBM)..
Ha..ha..ha..
Cerita yang tajam...

Anonymous said...

Emang susyehhh jadi ikan kecil. huehuehu...

Sisca said...

Mas, sindiran menggena..semoga ada perbaikan di wajah Republik kita

uut, said...

trus yg jadi tikusnya bukan kita2 kan :P??

Anonymous said...

hmm..walaupun masih sedikit bingung...tapi...keren kok!!!sindiran tajam....hmm...

Anonymous said...

Sindirinnya okeh.. hehehehe.. asyik ngebacanya

JUST NOTHING!! said...

Hmmmm...ga boleh pake celana pendek yah....*copot celana pendek, melangkah pergi tanpa celana* , hueheee...becanda yah.
bakat nulis nih.

Anonymous said...

ck..ck..ck.. postingan yang aneeehhh... ^_^

mang ada ya negeri di laut..ato terinspirasi ma blog gw yang laut gettuuhh... huehehehe...

boz..gw link yeee... ^_^

clodi said...

kalo clana pendek nga boleh, tank top masi boleh kan? hehehe...