Namaku Warnito, Asalku desa gebleksari perjalanan setengah jam dari bondang, melewati rel kereta api, yang melintang membelah jalan. disampingnya hamparan sawah gersang, disana tempat kami bermain layangan, dan kadang iseng minta-minta ama penumpang kereta api, lumayan buat beli layangan, atau beli es lilin. umurku 22 tahun. sejak kecil aku dikenal aktif dan disenangi kawan-kawanku. mungkin karna aku gk pelit, dan senang berbagi es lilin meski itu satu dipotong-potong jadi 3 atau bahkan 5. yang penting bagi kita kebersamaan.
sejak kecil aku selalu merantau, kenal banyak kultur dan dipaksa untuk selalu beradaptasi dengan kultur baru. orang tuaku hanya seorang petani biasa, tapi kehidupan kami tidak kekurangan, cukuplah untuk makan bersama dan memang kita hidup tidak muluk, dari kecil saja aku tidak pernah punya sepeda. saat ke sekolah aku jalan kaki, yang jaraknya hampir 2 KM dari rumahku. tapi kata bapakku "kamu jangan pernah mengeluh". Ibuku seorang ibu rumah tangga yang baik, masakan dia tak terkalahkan, aku rela menunggu didepan kompor sampai masakan itu matang.. duduk disamping perapian (hawu) dapur dengan telanjang baju lalu makan dengan sambal kering dan ketimun. plus 2 iris tempe goreng. i Miss it!!!
Main kelereng itu seperti hal wajib dilakukan tiap abis pulang sekolah, depan pelataran rumahku sedikit agak luas, yaa buat anak-anak kecil cukup lah untuk main kelereng. kadang kita bareng-bareng main ke block lain, sekedar untuk menantang sajah.. sambil sesekali ngejek mereka.. "kelereng block anu penyot-penyot". atau dengan cacian lain.. sampai ahirnya kita berkelahi, lalu menangis, dan laporan ke bapak.
bapak ku kadang lucu.. saat aku laporan malah diketawain. dia cukup bilang "aah ama si anu aja kalah, payah.. katanya pemberani, masa nangis". itu bukan membuat aku malu, tapi kadang membuat aku mikir.. bener juga yah.
aku punya kawan dekat.. Wantu namanya, dia biasa kami panggil "si Bapuk". bahkan sampai sekarang kami selalu menyebutnya si Bapuk. mungkin karna dia gemuk dan agak pendek kali yee.. jadi bulet gitu. satunya namanya Harto, anak itu sering kita panggil dengan nama "Helem". karna kepalanya dia sering cukup seperti helm, jadi bawahnya dia gundulin tapi atasnya tetep dia panjangkan. mereka selalu dekat dan kemana-mana kita sering bersama.
Main bola itu paling aku gemari, waktu itu belum terkenal club-club luar angkasa, seperti Realmargot, Juventil, AC rumah, atau Arsendal. makanya tidak pernah mengenal namanya Raul Gendenkless, Ronalginclung dan sebangsanya. yang kami kenal hanya Ajat Sudrajat yang waktu itu memakai no 10, Robi darwis, Yudi Guntara, Asep Dayat, Sujana. dan lain-lain club-clubnya juga persib, persija, persibaya dan sebangsanya.
Nontonnya juga TV yang hanya dua warna, hitam dan putih, itupun tidak memakai listrik, kita harus memakai setrum ACCU, yang kalau dah low, gambarnya di monitor jadi ciuutt.. dan lama-lama jadi blank.. gelap deh. kalau dah gelap gitu kita musti bawa ke daerah tetangga, Bayawak namanya. disana dah ada listri, maka bisa setrum ACCU. Maklumlah desa kami memang terkenal IDT (Impres Desa Tertinggal).
Tapi dari suaana seperti itu kali yee.. aku terdewasakan untuk hidup, hidup ini susah, makan itu tidak gratis, semua butuh kerja keras. belajar dari nol atau bahkan belajar untuk sekedar mencari sesuap nasi. jaman dulu kami tidak pernah kenal namanya PS apalagi sekarang katanya ada PS 2. atau internet. wah kalau ada waktu itu, kami bisa-bisa terkejut, gimana rasanya kalau waktu itu kami melihat google eart, pasti tercengang2..
tapi semua orang berbangga jadi orang kota.. maka orang kampungpun patut berbangga.. dan dengan lantang harus dikatakan bahwa "AKU ORANG KAMPUNG" karna kampung kami tidak pernah ada namanya kelaparan, kampung kami tidak pernah kekurangan untuk cari lapangan bola, bahkan lapangan basket, untuk main Golf saja kami mampu membuatnya. meski itu tidak berrumput, tapi berdebu.. tapi paling tidak di kampung kami tersedia semua bahan. inilah kampung kami.. yang indah, bertahtakan hamparan sawah yang menghijau dimusim hujan, dan menguning di musim kemarau.
No comments:
Post a Comment