Dalam sejarah Yunani perempuan dikenal iblis. bahkan dalam sejarah manapun kita akan mendapatkan ketimpangan derajat antara laki-laki dan perempuan. dalam kristen, perempuan adalah pembuat dosa, penyebab diturunkannya adam ke muka bumi ini. begitu juga dalam kultur arab pagan, perempuan hanya sebagai media pemuas nafsu, dan keberadaannya adalah awal kehancuran dan ketakutan miskin saat memiliki anak perempuan. maka mereka mengubur anak perempuan hidup-hidup.
dari ketimpangan kultur dan pembongkaran patriarki inilah maka, tidaklah heran muncul kemudian tokoh-tokoh feminis yang hidup untuk memperjuangkan feminisme menjadi satu tataran ideologi kultur yang lebih baik.
dalam islam sendiri perempuan mempunyai derajat yang sangat tinggi, terlihat dari adanya nama surat dalam al-quran yang bertemakan perempuan (annisa). rosulullah yang disebut Thomas Carlyle seperti percikan api yang jatuh di padang pasir yang menjadikannya sebagai pahlawan dan revolusioner feminism di dunia arab pagan, beliaupun mau menikahi seorang budak belian. bahkan belaiu bersabda Ia bersabda, “Aku menikahkan Zaid bin Haritsah kepada Zainab binti Jahasy dan aku menikahkan Miqdad kepada Dhiba’ah binti Zubair bin Abdil Muthallib supaya mereka mengetahui bahwa kemuliaan yang paling tinggi adalah Islam dan bahwa yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bagus keislamannya.” (Kanz Al-Ummâl 313; Makârim Al-Akhlâq 1:452-1546)
ideologi kepongahan, penindasan, menyisihkan perempuan dan lain sebaginya hanyalah sebuah manifestasi dari kegagalan mental manusia, dan kepongahan kepada ayat-ayat alam dan zeromind. kebodohannya dalam memahami kemulian itu sendiri menjerumuskan dia kepada ketidak tauan diri akan hakekat manusia.
kesamaan derajat bukanlah sama dalam segala-galanya. Islam sendiri mengajarkan kepemimpinan dalam sekecil apapun tatanan sosial, termasuk dalam keluarga. laki-laki mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki perempuan, dan perempuan mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki laki-laki. maka tugas naluri itu yang mengantar manusia untuk saling melengkapi, bukan terpimpin tapi saling melengkapi. dalam bisnis saja harus ada menejemen dan menejernya. maka tidaklah salah dalam sebuah tatanan rumah tangga harus ada menejer dan menejemen rumah tangga.
perempuan bukan boneka yang hina, tapi perempuan itu manusia juga.
No comments:
Post a Comment