Monday, February 07, 2005

Saat Hati Berkata

bencana sekecil apapun akan meninggalkan duka, aku dapat kiriman puisi bagus dari kawanku.. sebuah renungan...

DUKA AKHIR DESEMBER

By : Muchniart

Kemarin terdengar riuh alunan tembang kemanisan
Kemarin anak-anak suci
Asyik bermanja dipangkuan bunda
Kemari kulihat juga gadis-gadis
Gadis-gadis dengan busana anggun melangkah ke altar doa

Tetapi dalam sekejab
Badai tsunami melahap segalanya
Ribuan ibu kehilangan buah hati
Ribuan ayah menjadi murung
Lautan manusia menggiring serambi mekkah menjadi kota histeris
Bahkan bayi mungil bak kertas putih tak bernoda turut menjadi syahid-syahidah

Puing-puing istana cinta bertebaran
Bangka-bangkai manusia satu persatu menikam kalbu
Tangisan duka mengalun keseluru pelosok
Inikah duka akhir desember....?

Duka yang tercipta saat
Kemarin pendeta-pendeta suci memasuki gerbang mimpinya
Duka yang menjelma ditengah kemelut yang tak kunjung padam
Inikah murka ilahi.....?
Ataukah sebuah teguran keinsafan
Kenapa mesti serambi mekkah...?
Ataukah ilahi coba buka tirai buat hamba-Nya
Bahwa murka ilahi tak kenal siapa.

makassar, 27 desember 2004

PUISI TUHAN

Deburan ombak saling menghantam karang
Tiupan angin melambaikan akasia dan menggugurkan sidaun tua
Bukit barisan membentang disisi-sisi hamparan atap-atap berkarat
Pasir pantai saling bercanda, menatapi matahari yang hampir terbenam
Sementara awan putih menjadi tirai yang kini menjadi kelam oleh kerudung malam
Inikah puisi Tuhan....?
Puisi yang akan selalu terdengar tatkala kornea-kornea mata menatap si Dia
Pada rentangan pegunungan
Puisi yang bersenandung di balik deburan ombak dan irama angin senja serta senyuman pasir menari
Puisi yang melelapkan mata saat sapaan dewi malam menjelma
Puisi yang tak kunjung selesai selama nafas masih berhembur dan bumi tak berhenti berputar

Ketika mata si tua mulai meredup dan telinga se renta mulai menjadi, maka dengan sisa semangat masa mudanya, ia masih menatap dan mendengar puisi Tuhan yang sayup-sayup mengalun indah.
puisi itu kini hadir dipembaringanya, puisi itu bersenandung membaluti lukanya yang menganga, bahkan puisi itu menelusiri dinding -dinding surau dan menentramkan hati yang bersujud. Saat melangkah seorang anak berpakaina lusu berlari sambil menngendong bayi kecil dengan gemerincingan tutup botol ditangannya. Terdengar suara dibalik angin sepoi-sepoi itu juga Puisi Tuhan. Ya....Rabb ternyata semua peristiwa adalah puisi-Mu dan mungkin lahirku dan kisahku adalah ukiran pena-Mu dalam rangkaian puisi indah!!!!!! Puisi Tuhan

makassar, 22 januari 2005

No comments: