Entahlah hari ini sepertinya aku gk tau mau nulis apa, cuman selalu saja terbersit dalam ingatanku tentang tsunami yang terjadi 26 Des lalu, sepertinya itu tak henti-hentinya ada dibenak-ku, aku memang tidak pernah posting atau menulis tentang tsunami, atau sengaja me-reduksi beberapa berita tentang tsunami, mungkin karena aku terlalu terpukul atas kejadian itu, disamping itu juga aku tidak punya ungkapan yang tepat untuk menuliskan hal itu.
aku masih ingat saat kejadian itu aku baca tulisan emha dari mailis madanikita tentang tsunami, dan juga beberapa ustadz yang selalu mengingatkan bahwa tsunami adalah bukan kejadian alam biasa, tapi peran tuhan sangat urgen. disamping itu websites islam liberal memuat bahwa orang yang mengatakan "Peran Tuhan di Tsunami" adalah mereka yang percaya bahwa tuhan adalah sangat kejam, tuhan dia adalah "Buas". lantas aku berfikir sejenak kenapa mereka menafikan eksistensi tuhan? bagaimana sebenarnya?
Agama bagiku adalah mistak, satu perjanjian dimana abd (hamba) dan tuhannya menjalin satu perjanjian suci, dimana sang hamba berhutang budi pada-Nya, Agama bukan mitos atau hanya sekedar konsep, tapi merupakan ungkapan yang diterjemahkan kepada realitas dan dihidupi kembali dengan pengalaman manusia, dimana sumber tertingginya adalah wahyu. inilah keyakinanku kepada agama dan keyakinanku kepada Tuhan, bahwa Tuhan bukan mitos, saat Dia berkehendak Dia bisa berbuat apa saja. seperti ungkapan Emha "apakah kamu kira orang yang selamat itu orang yg disayang Tuhan? dan apakah kamu kira orang yang tidak selamat dalam Tsunami adalah orang yang dibenci Tuhan?"
Mungkin mereka lebih cenderug kepada ungkapan bahwa sains adalah ilmu yang paling otentik. dan semuanya harus realistis dan rasional. dengan merekayasa logika yang membuat satu stetment yang "liar" dalam interpretasi theology dan bergantung kepada reason (nalar), rasionalisme sekular atau empirisme filosofis atau empirisme logika. dengan menyandarkan bahwa seluruh kehidupan itu bersandar pada fakta-fakta yang dapat diamati bangunan logika mereka dan analisis bahasa?.
ow.. ow.. ow... bagus itu .. memang harus seperti itu? coba kita lihat .. Nalar (reason), kita tahu bahwa nalar manusia itu terbatas, dan memiliki tingkatan-tingkatan, maka jangan menafikan bahwa ada tingkatan nalar yang jauh dan lebih fenomental dari nalar kita! aku kira kita tidak menafikan hal ini. saat nalar itu beragam maka kita tidak menafikan kalu ada satu intuisi atau satu otoritas yang mengatur seluruh gerak-gerak hidup.
kaum rasional selalu mereduksi otoritas kepada nalar dan pengalaman indrawi saja, dan menyempitkan definisi intuisi pada pengamatan indrawi dan menyimpulkan yang logis adalah yang telah lama direnungkan oleh pikiran. yang maknanya "tiba-tiba terpahamkan" satu makna kok tiba-tiba terpahamkan .. jelas makin gk rasional kan?
nah dari sini jelas sudah bahwa bangunan yang dibentuk adalah bangunan diatas "keraguan", dengan sangat lemah pondasinya. yaitu pondasi keraguan. kenapa ragu? karna mereka sebenarnya meyakini adanya penggerak hakiki itu, tetapi karna itu tidak rasional mereka selalu mereduksi otoritas itu dengan interpretasi liar pada sains. dengan harapan dapat membentuk satu stetment yang logis. itu saja tujuan mereka.
yang aku Imani adalah : peran Tuhan itu sangat "mutlak", Dia berkehendak dan bisa berbuat apa saja, dan itu Azali, bukan berarti Tuhan "kejam", tetapi tuhan maha tau apa yang Dia lakukan. dan saat Tuhan berbuat .. maka akan dibuat serasional mungkin, agar dapat kiranya manusia itu berfikir, ingat ayat yang pertama turun adalah "iqro" bacalah.. membaca itu kan banyak bidangnya, juga kita tau kalimat "wafi anfusikum afala tubsirun" dan dalam diri kamu apakah kamu tidak memikirkannya. berfikir-dan berfikir..
Tuhan memberikan akal pada manusia agar dapat menjadi patokan, pembeda antara hewan dan manusia adalah akal (ar-ruh) bukan an-nafs (hawa hafsu) jadi dalam setiap hal, tuhan selalu mengajarkan. maka yang aku yakini juga saat kiamat datang kejadiannya akan mirip dengan tsunami, akan sangat logis, disinilah ... tuhan menggambarkan realitas.
Ampuni Aku Tuhan...
No comments:
Post a Comment