Tuesday, June 14, 2005

Bulan Izinkan Aku Membencinya

Malam ... tetaplah malam..
Matahari.. janganlah kau terbit
Bintang... tutuplah cahayamu
Bulan.. Redupkanlah sinarmu
Tetaplah dalam gelap... segelap hatiku
Tetaplah gulita menyelimu sunyi hatiku

Masa bergulir seiring detik jam dinding berputar, surat undangan pernikahan dengan lukisan indah kupegang erat ditangan, malam dingin mencekam, kegelapan menyelimuti dunia, angin bertiup menggoyangkan dahan dahan pohon. bergerisik seperti membisikan kata, melambai-lambaikan daunnya, seperti dia ikut merasakan kegelisahan yang dalam ini.

Ku pandang langit yang gelap, tak ada bintang atau bulan disini, teringat kehangatan bersama dibawah payung langit, ditemani bintang dan bulan, saat dia berbisik pelan "kalau rindu, bisikanlah salam mu pada bulan, karena malam itu juga, aku membisikan rinduku padanya".

Pesawat Malaysia Air line mengantarkanku jauh meninggalkan tanah air, deru mesin bergemuruh seperti gemuruhnya hatiku, waktu itu tepat jam 18.30 WIB, lambaian perpisahan mengiringi kepergianku, jauh pergi ke negeri orang. teringat kembali bisikanya "kalau rindu, bisikanlah salam mu pada bulan, karena malam itu juga, aku membisikan rinduku padanya".

Diam tanpa sepatah kata, termenung tanpa imaji, terbayang kebahagian bersama, dalam tali indah kasih cinta, berbagi semangkuk bakso, berbagi kisah indah dan sedih, menyayangi apa adanya. belaian hangat seumpama seribu kata terucap, bercanda, tertawa riang.. menerawang masa yang tidak pernah ada. memiliki dunia seperti milik berdua.

Sendu tangis, gelak tawa, serasa hampa, tidak ada orang yang lebih baik selain dia, tidak ada kecantikan melebihi kecantikanya, saling manja, bergurau dan bergumul rayuan. saling mengisi dalam kekosongan mengisaratkan cinta dengan hati, gerak dan fikir. bayangan kenagan bak slideshow image, datang silih berganti mengupas semua kejadian indah dalam hidup.

mencoba mencari hati lain, mencoba melupakan, mencoba menghapus dari memori otak. semakin ku coba menghapusnya, semakin nyata bayangnya, tergambar jelas didepan mata. bagai tak henti-hentinya dia menjadi bagin dari kehidupan pendek ku.

"aku akan kembali" gumanku, "bulan, bulan, bulan... aku rindu padanya.. bulan aku cinta padanya, bulan .. sampaikan salamku!" tapi malam begitu gelap, tak ada bulan bersinar disini, tidak ada cahaya yang tampak disini. membuat hatiku perih. Semuanya tampak membisu hanya angin membelai mesra kulitku.

Ku pegangi erat surat undangan itu... ku pandangi setengah tidak percaya, janji setia, cinta abadi, kasih sayang selamanya, seakan hanya sederetan kata menghiasi mulut indahnya. kenyataan selalu lebih pait dari yang terbayangkan, "Tuhan dosa apa aku?" mencoba mengeskpresikan dengan menulis namanya di kasur, agar yakin bahwa dia bukan milik ku lagi. hanya seprey kasur yang jadi temanku...

"you could be my unintended choice, to live my life extended, you could be the one i'll always love
you could be the one who listens to my deepest inquisitions, you could be the one i'll always love
i'll be there as soon as i can, but i'm busy mending broken, pieces of the life i had before
first there was the one who challenged, all my dreams and all my balance, she could never be as good as you"


"Bulan izinkan aku melupakannya"

(dedicated to my best friend di apartemen 11 .. just be ur self you not alone any more)

No comments: