Sunday, June 12, 2005

Negara Tanpa Nurani

Tulisan ini terinspirasi dari si penggendong mayat anaknya, ku persembahkan buat dia, dengan iringan doa, semoga arwah anaknya diterima disisi Allah.

Negara itu bernama negara Nejam, dimana semua orang tidak pernah tau nasib orang lain, yang mana egoisme adalah asas dasar negara itu, menindas si miskin adalah sila kedunya, membiarkan orang kelaparan adalah sila berikutnya, menyeret orang baik ke penjara adalah sila terahirnya.

Saat itu kebenaran adalah nomor kesekian dibanding dengan penindasan dan kekerasan, angin sejuk, tiup udara pagi, matahari, pohon-pohon dan alam seperti sudah menjiwai karakter bangsa Nejam itu, tidak ada lagi nurani, tidak ada lagi kasih sayang. yang ada adalah kekerasan dan kekerasan.

Maling Kelinci hukumannya jauh lebih berat dari pada maling kas negara. hukuman pencuri Kelinci adalah hukuman Mati, sedangkan pencuri uang kas negara dihukum di Surga, yang diberkati para dewa-dewa dari golongan Iblis dan Manusia. duduk manis di sofa yang berlumuran darah, bersinggasana emas yang berlumuran keringat rakyat kecil, bertahta yang bergelimangan mayat-mayat tak berdosa.

Orang-orang penguasa lebih senang menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, dan menghidupi keluarganya, dengan jurus "aji mumpung". mumpung jadi patik, mumpung jadi mantri, mumpung jadi dukun, semuanya digunakan untuk memperkaya diri, tidak butuh lagi Agamo, tidak butuh lagi kultur, yang dibutuhkan adalah hidup senang. Kultur yang menggeliat saat ini adalah HEDONIS, dimana kekayaan harta adalah patokan hidup mereka. dibangunlah rumah-rumah dari besi, ada kolam berenangnya, juga ada gaya hidup hura-hura, minum-minuman air keras, sampai teler-teler . dan tidak bisa berpikiran positif. kalau dinasehati malah mencibir dengan alasan "aahhh hidup cuman sekali, mampaatin dong". aatau "suka-suka gwe dong"

kesehatan bagi siapapun nomor satu, bahkan mbah Aplaton dalam filsafatnya "negara yang butuh pada dukun dan "Rumah Setan" itu negara yang tidak bersih" sakit memang selalu disebut setan dinegara itu, meski sebenarnya mereka itu sendiri setan-setan yang terhidupkan oleh keberuntungan saja. tapi sayangnya di negara itu, pelayanan bagi orang yang kemasukan setan yang membuat dia busung lapar atau polio itu dilihat dari sisi setrata kekayaan. jadi no welcome bagi si melarat, apalagi seorang tukang pulung. sampai anaknya mati di gerobak dorongnya.

Maka saat si Miskin kemasukan setan, tidak ada dukun yang mau mengobatinya, yang ada hanya membiarkan dia mati pelan-pelan. dukun di Rumah Setan Candra Munia adalah dukun-dukun terdidik, hasil gojlokan pendidikan tinggi "Untu Ijo" berseragam putih dan rapih, tapi disamping-samping mereka jerit tangis orang busung lapar dan muntaber, mereka cuek saja, karna dia pikir bahwa untuk masuk pendidikan untu ijo itu mahal, jadi kalau orang mau berobat ke saya harus bayar mahal juga. Itu sudah menjadi rahasia umum dinegara Nejam ini, semua orang yang mau diobati dukun disana memang harus punya duit banyak, apalagi kalau ingin bisa masuk ke pendidikan tinggi Untu Ijo itu. yang katanya paling nomor satu di negara Nejam itu.

Berbagai kasus kesahalan ngasih daun obat, atau salah mantra bagi pesakit sudah ribuan kali terjadi, namun dukun memang tidak pernah ada yang dituntut, logikanya juga mantap "hidup kan milik dewa, kita hanya berusaha" sepertinya dukun itu kenal baik dengan dewa, memang dukun dan petugas keamanan disana sangat kenal baik dengan Dewa golongan Iblis, jadi saat mereka mengobatipun atau menjaga keamanan jelas dengan dalih dan kendali sang Iblis sang maha duso.

Untuk menyewakan Keranda Beroda aja mereka harus belit-belit urusannya, apalagi kalau yang menyewa ketahuan orang miskin, mungkin tidak akan dikasihnya, bahkan mungkin si pendorong Keranda beroda saja Egonya mulai tinggi, sepertinya dia yang hebat, padahal baru jadi Pendorong Keranda sudah "sok mantap" bagaimana kalau menjadi Pendorong Tahta Raja? memang kehidupan Negara Nejam sangat unik, disamping terdiri dari bermacam kultur dan ras dan juga beribu bahasa yang digunakan.

Nejam punya satu ibu kota negara bernama Janaham, dan berada di pulan Nekara, salah satu provinsi disana Nekara Weil.. yang beribu kota di Banganjing. Ibu kota Janaham memang identik dengan kekerasan, main hakim sendiri dan pergaulan bebas. dan rencana sang raja Nejam tahun ini adalah "penghapusan seluruh orang baik" yang merupakan program dari pengikisan pada kultur yang disebut "kultur Imlas".

Warga negara Nejam memang rata-rata berkulturImlas, tapi kadang diantara mereka tidak mengenal Imlas itu sendiri, bahkan kadang Imlas hanya sebuah kedok, atau sarat untuk dapat Kawin Buntut. meski mereka banyak, tapi kurang bersatu, ahirnya partai-partai pemilu pun terdapat 10 dari golongan mereka semua. mereka terbelah-belah .. ada yang aliran Mumirae, ada yang aliran Numirae.. sebenarnya mereka tau bahwa itu hanya ormas, tapi kadang dibuat dalih untuk saling gempur. kehidupan yang sangat keras yah...

Makanya saat terjadi Pemilihan Anggota Dewan Pemelihara Rakyat di negara Nejam, kubu Imlas tidak pernah mendapat kedudukan yang memuaskan, karna mereka senang dengan "berkotak-kotak".. mereka lebih memilih bersiteru dengan golongannya dari pada bersiteru dengan golongan lain. wah sangat mengecewakan....

No comments: